"... Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka
bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang-orang
yang bertawakal." (Ali 'Imran [3]: 159)
Dalam suatu sesi pelatihan motivasi, seorang motivator selaku trainer
membawakan sebuah cerita. Memang terkesan seperti dongeng. Namun, pada
prinsipnya bahwa seluruh peserta diminta mengambil "poin terpenting" di akhir cerita
tersebut. Si trainer mulai menuturkan cerita tersebut.
"Suatu hari seorang pemburu bersama anjing terlatihnya masuk ke hutan untuk
berburu. Pemburu ini lebih senang berburu tanpa senjata seperti bedil ataupun panah
dan senjata tajam. Dia hanya mengandalkan keahlian anjingnya untuk menangkap
binatang buruan yang dia inginkan. Soal keahlian anjingnya tak perlu diragukan lagi.
Hampir seratus persen selalu berhasil mengejar dan menangkap mangsanya.
Setelah masuk agak ke dalam hutan terlihat seekor kijang betina di kejauhan.
Kijang itu sedang hamil rupanya. Walaupun ia sedang makan rerumputan namun
telinganya senantiasa waspada terhadap bahaya pemangsa. Kontan saja si pemburu
segera memberi perintah kepada anjing terlatihnya untuk menangkap kijang itu. Secepat
kilat terjadilah sebuah adegan pengejaran seru: anjing jenis herder pemburu mengejar
seekor kijang betina.
Sudah sepuluh menit berlalu, namun anjing itu belum berhasil menangkap
buruannya. Boro-boro menangkap, menyentuh buruannya saja belum berhasil. Semakin
gesit anjing itu mengejar, semakin cepat pula kijang itu berlari. Jalan berpohon-pohon,
berbatu-batu, mendaki, menurun, hingga jalan yang datar sekalipun tidak memberi satu
peluang pun bagi si anjing agar mudah menerkam mangsanya. Akhirnya setengah jam
telah berlalu. Si anjing pun kehabisan napas dan menghentikan pengejarannya. Melihat
si anjing kini berhenti, si kijang berdiri saja dan tersenyum dekat si anjing sambil
mengatur napas. Kemudian terjadilah dialog antara si anjing dengan si kijang.
Si anjing berkata, 'Jang, Jang (Kijang)� kenapa sih kamu larinya kencang
betul? Aku nggak sanggup lagi mengejar kamu. Padahal aku ini anjing terlatih, lho.
Selain itu, kamu juga sedang hamil, kan?'
Apa jawaban si kijang? Kalau cerita ini menjadi ajang iklan mungkin dijawab,
�Kijang memang tiada duanya', tapi tidak demikian, si kijang menjawab dengan sejujur jujurnya,
'Jing (Anjing), nggak ada yang istimewa dari cara aku berlari. Kalau kamu
berlari dengan tujuan hanya mengejar prestasi menyenangkan tuanmu, tapi kalau aku
berlari karena ingin menyelamatkan nyawaku dan nyawa calon anakku di kandunganku.
Inilah yang membedakan tujuan kita berlari, sehingga aku bisa berlari jauh lebih cepat
dan lebih kuat daripada kamu.�"
Setelah ditanyakan kepada peserta training motivasi itu tentang "poin
terpenting" dari cerita tersebut, ternyata tak satu pun yang tepat menjawab. "Poin
terpenting" yang dimaksud adalah "kekuatan motivasi". Ya, motivasi dan sekaligus
dengan kekuatannya memang bukan benda berwujud fisik, namun mampu
menggerakkan seseorang dalam hal ini "diperankan" oleh si kijang betina itu dan
membuat proses kesuksesan berjalan menjadi jauh lebih baik.
"Keajaiban" Kekuatan Motivasi
Kekuatan motivasi memang identik dengan "keajaiban" pencapaian keberhasilan
setiap orang. Semakin baik seseorang mempunyai motivasi diri, semakin baik dia
memiliki persediaan kekuatan motivasi dirinya. Tentunya seorang muslim harus
memiliki motivasi yang sangat tinggi, yaitu motivasi dalam koridor keridhaan Allah
swt. seperti telah dibahas dalam materi sebelumnya yang menyajikan bagaimana
seorang muslim membuat (mengatur) visi dan misi hidupnya. Setelah kekuatan motivasi
berubah menjadi 'azam (tekad yang kuat), seorang muslim sudah seharusnya "berjalan"
dalam proses aktivitasnya menuju ketakwaaan dan senantiasa bersabar dan bertawakal
kepada Allah swt. dalam menempuh "perjalanannya" tersebut.
Kisah di atas tentang "si kijang dan si anjing pemburu" memberi ibrah
(pelajaran) penting bagi kita bahwa si kijang betina yang sedang hamil pun tanpa kita
sangka sebelumnya ternyata mampu memiliki kekuatan motivasi yang luar biasa, jauh
di atas kekuatan motivasi si anjing pemburu. Bukankah motivasi yang kuat untuk
menyelamatkan nyawa dan nyawa calon anaknya itu sebagai salah satu karunia Allah
swt. yang amat berharga bagi makhluk-makhluk-Nya lebih baik dan lebih mulia
daripada sekadar penghargaan prestasi di mata manusia? Walaupun si anjing pemburu
itu terlatih, walhasil tanpa kekuatan motivasi yang benar dan maksimal ternyata
pencapaian target keberhasilannya masih di bawah rencana.
Memanfaatkan Otak Kita
Motivasi memang merupakan gabungan dari berbagai faktor yang
menyebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku. Karena itu, motivasi
dapat menjadi faktor pendorong untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat dan
meningkatkan kualitas hidup pribadi yang bersangkutan. Ia mampu mendorong
seseorang untuk berbuat atau tidak berbuat sama sekali. Ia juga mampu membuat
manusia menjadi semangat atau tidak semangat melakukan sesuatu. Motivasi dapat
meningkat dan menurun sesuai perintah otak manusianya.
Inilah hubungan yang sangat erat yang dapat kita simpulkan bahwa otak kita
berperan penting dalam menghasilkan "keajaiban" kekuatan motivasi diri kita. Karena
motivasi muncul dari otak manusia dan motivasi juga merupakan salah satu kerja otak,
maka latihlah otak Anda yang telah Allah swt. ciptakan sangat canggih dengan latihanlatihan
yang bersifat memicu, menyadarkan, dan meningkatkan motivasi Anda. Tidak
mustahil, Anda akan memiliki kekuatan motivasi yang canggih karena berangkat dari
otak Anda yang canggih dengan dilatih oleh cara-cara meningkatkan motivasi yang
canggih pula. Insya Allah di kesempatan berikutnya kita akan membahas beberapa
langkah meningkatkan motivasi diri. Wallahu a�lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar